Candi gedong songo, tempat bersejarah ini berlokasi tidak jauh dari rumah saya, Bandungan. Kawasan candi yang terletak di kec Bandungan , kab Semarang ini berada tepat di kaki gunung Ungaran. Dari rumah saya, untuk mencapai kawasan candi Gedong songo hanya diperlukan waktu kurang lebih 20 menit menggunakan motor. Kalian juga bisa menggunakan angkota umum, turun di pom bensin candi. Setelah itu kalian masih perlu naik ke atas, jaraknya lumayan jauh. Jangan kuatir, didekat situ sudah ada pos ojek, atau jika kalian ada banyak waktu, bisa jalan kaki, sambil menikmati pemandangan, indahnya budidaya tanaman bunga.
Lama tidak kesini ingin rasanya datang, menikmati pemandangan, kesejukan,dan tenangnya suasana. Tidak lupa saya membawa camera , dan buku. Saya berencana ingin membaca buku dalam suasana yang tenang, sejuk, dingin, ditambah disuguhi dengan pemandangan pegunungan nan hijau, pasti asik. Memang saya ingin sendirian, saya tidak mengajak keluarga, adik saya ataupun teman. Saya benar – benar ingin sendiri , menikmati bersama diri saya sendiri.
Untuk masuk saya harus membeli tiket dengan harga Rp 6000 jika hari libur naik menjadi Rp 7000, tidak terlalu mahal untuk ukuran tempat pariwisata sekarang. Saya memberikan tiket kepada penjaga yang sudah ada di depan pintu masuk kawasan candi, ya perjalanan saya dimulai, tancap!.
Beberapa meter dari pintu masuk saya tertarik dengan sebuah papan informasi mengenai kawasan candi ini. candi gedong songo awalnya tidak bernama candi gedong songo, tapi candi gedong pitoe karena hanya ditemukan tujuh candi oleh Raffles. Candi ini merupakan kolaborasi dua kepercayaan yaitu kepercayaan lokal (kepercayaan terhadap roh nenek moyang) dan Hindu, dikatakan disini keduanya saling berdampingan, harmonis, indah ya.
Sebelum melanjutkan perjalanan, yang bisa di bilang tidak dekat dekat juga , saya membeli air minum, aqua. Satu botol aqua berukuran 600ml dijual Rp 4000.
Jarak antara satu candi dengan candi yang lain saling berjauhan. Para pengunjung harus berjalan kaki untuk menikmati candi – candi tersebut. Bagi kalian yang tidak ingin berjalan kaki, mungkin karena lelah, atau kondisi badan kurang fit, kalian bisa memilih alternatif untuk naik kuda. Disini banyak jasa persewaan kuda. Jangan kawatir, kalian tidak sendirian, kalian akan ditemani kog.
Banyak perubahan yang terjadi dari terakhir kali saya kesini. Pondok – pondok makan, tempat beristirahat dibangun. Tidak jauh dari papan informasi saya berjalan naik. Candi satu sudah berada dihadapan saya. Seperti halnya dengan candi – candi yang lain, candi dibangun dari bebatuan yang disusun rapi sebagai dinding candi, tampak kokoh. Pada dinding candi terlihat pahatan pahatan menambah nilai artistik.
Saya lanjutkan perjalanan menuju candi berikutnya. Dalam perjalanan saya melihat adanya taman bunga, masih ingat, taman ini belum ada ketika terakhir kali saya kesini. Berbagai macam bunga tumbuh , menghiasi taman, keindahannya membuat saya jadi semangat melangkahkan kedua kaki saya, bertanya, perubahan – perubahan apa lagi ya yang telah dilakukan pada kawasan wisata ini? hum.
Cukup mudah, terlihat sekali kog perubahan yang terjadi, track yang saya lalui ini berbeda dengan yang dulu. Jika dulu dari candi satu ke candi dua , tiga, tinggal naik keatas, jalan lurus, tapi sekarang dibelokkan ke kanan. Kios – kios makan berdiri disebelah kanan jalan, disamping kiri pepohonan pinus tumbuh menjulang tinggi. Saya nikmati suasana ini, dingin, sejuk, saya berhenti sejenak memejamkan mata, menghirup dalam – dalam segarnya udara, memasukki hidung,kerongkongan, memompa jantung saya. Saya melepas jaket, membiarkan udara membasuh, melepas “kotoran” dalam tubuh saya. Ya, saya merasakan mendapatkan energi baru. Alam memberikan energi baru dalam tubuh saya.
Tubuh saya terasa lebih ringan, mudah untuk saya tersenyum. Senang rasanya berada ditempat ini, saya seperti mendapatkan kembali diri saya, saya mendapatkan energi saya. Saya bahagia dengan diri saya sendiri. Alam mencintai saya.
Jangan bertanya – tanya , siapa yang kentut. Itu bukan berasal dari kentut teman anda. Bau itu berasal dari sumber air panas, terletak di bawah tempat anda berada saat ini. ya , pemandian air panas, air belerang.
Tiba saya dipemandian air panas, tidak ada yang berubah, masih sama. bangunan tempat mandi, masih sama seperti dulu. Air ini merupakan air belerang, saya pernah dengar bahwa air belerang mempunyai kasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit kulit. Asap mengepul, membumbung tinggi dari lereng bukit tidak jauh dari tempat saya berada. Saya berjalan mendekati, terlihat lubang berukuran 1 m, mengeluarkan asap tebal, berbau belerang.
Next!!!!, yaaa! Sesampai dilapangan saya memutuskan untuk mengambil jalur kanan, jika kalian ambil jalur lurus, kalian akan sampai di candi berikutnya. Saya ingin menikmati banyaknya pohon pinus yang berada disisi kanan dan kiri saya, menjulang tinggi. Kulit pohon berwarna kuning, saya mendekati, memperhatikan. Apakah ini gara – gara terkena sinar matahari?, tidak, kuningnya kulit pohon pinus diakibatkan lumut yang tumbuh, lumut itu berwarna kuning. Mambayangkannya saya seperti di film – film, berjalan sendirian di hutan, bak super hero, keren :D.
Sepanjang perjalan saya melihat sepasang muda mudi memadu kasih. Ada yang duduk duduk di tepi jalan , sambil melihat pemandangan. Ada yang duduk, mengobrol didekat candi. Ada yang duduk berduaan di daerah yang agak sulit “dijangkau”. Saya tidak terlalu mempedulikan, tapi terus terang agak merasa risih juga , terutama mereka yang duduk duduk didekat candi. Dengan keberadaan mereka disitu mengganggu saya ketika mau mengambil gambar.
Banyaknya corat – coretan ditempat peristirahatan mengurangi kenyamanan tempat ini. Tangan – tangan jahil memakai spidol mencorat- coret dinding , kayu , dengan nama mereka,komunitas mereka, malah bisa dibilang seperti jadi buku daftar hadir resepsi pernikahan.
Saya jadi teringat akan sebuah ide, buat aja seperti di eropa , atau korea, semisal ni , dirikan saja tempat khusus untuk kenang- kenangan, mereka bebas menuliskan nama mereka disitu, buat saja sebuah cerita latar belakang mengenai bangunan itu, semisal kaya di jembatan cinta, kita membeli gembok, lalu menuliskan nama pasangan kita di gembok tersebut, menurut cerita agar cinta kita abadi, ya sejenis itulah, gitukan jadi keren. Bisa menaikan nilai jual, buat sekreatif mungkin, bisa tu buat boneka kecil kecil, yang lucu, imut, mereka bisa tuliskan nama mereka disitu, bebas, kekasih bisa, keluarga, sahabat. Asikkan :D.
Selesai, akhir perjalanan saya menaiki sebuah bukit. Dari sini saya bisa melihat megahnya candi satu ,hamparan pemandangan luas kota Semowono atau temanggung mungkin ya, Spot yang bagus ,pikir saya. Saya membuka air minum saya, duduk direrumputan. Saya membaca buku karya Dale Carnegie, how to stop worrying and start living, sebuah buku yang saya pinjam dari perpusda Salatiga. Suasananya tepat untuk membaca ni buku. Inspirational.
Saya sungguh menikmati bersama dengan diri saya sendiri. Saya mencintai diri saya sendiri. Bukan egois, sebuah buku yang pernah saya baca membahas tentang cinta , Love, pada bab pertama pembahasan pertama, mengatakan, first! , love yourself.